Resume mengelola keuangan 2

Materi : tanggal 21 Oktober 2020

NarSum : Bp.Iwan Rudi Saktiawan dan Buku Pai untuk kelas 8 penerbit Arya Duta penulis Sofwan Iskandar danbM Luthfi Ubaidillah


Hubungan Zuhud dengan pengelolaan keuangan rumah tangga 

Pengertian Zuhud 

Menurut bahasa Zuhud berasal dari kata zahada-yazhadu-zuhdan  artinya meninggalkan atau tidak menyukai .

Menurut istilah Zuhud adalah keadaan meninggalkan dunia dari hidup kematerian .Maksud dari pengertian Zuhud diatas adalah tidak terbelenggu hidupnya oleh harta kekayaan.Harta yang dimiliki tidak menjadikan lupa untuk mengingat Alloh SWT dan beribadah kepada Alloh SWT.(Pai,VIII, hal.22, Arya Duta, 2011)

Yang melandasi akhlaq Zuhud adalah 1.Karena Alloh SWT berfirman dalam QS.Al Anfal/8 ayat 28

Artinya," Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hnayalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Alloh  SWT ada pahala yang besar ".

2. Keinginan dicintai oleh Alloh SWT Rosululloh Saw dalam hadits Riwayat Hasan Ibnu Majah 👇




Mari kita berilustrasi yang disampaikan NarSum .

kisah dua tokoh, yakni Ceu Nina yang konglomerat dan Pak Miskun penjual daun singkong. Pada suatu hari Ceu Nina sang konglomerat memiliki janji bisnis dengan rekan bisnisnya dari luar negeri di Bandara. Ia harus berjumpa menjelang subuh, karena rekan bisnisnya harus segera berangkat ke luar negeri. Dalam perjalanan dari rumah ke tempat pertemuan bisnis tersebut, ternyata sudah masuk waktu shalat subuh dan bila dilanjutkan ke Bandara waktu subuhnya akan habis. Karena shalat subuh tidak bisa digabung (dijama’) dengan shalat Dzuhur, dan kebetulan sedang menyetir seorang diri. Ceu Nina menyempatkan shalat Subuh di tengah perjalanan, dan tidak sedikitpun ada rasa khawatir di dalam hatinya bahwa bisnisnya akan gagal karena terlambat datang di Bandara.

Bp. Rudi Iwan Saktiawan Narsum: Sedangkan Pak Miskun sang pedagang daun singkong, ceritanya lain lagi. Ia biasa mulai berdagang di pasar padapukul 3 dini hari. Saat-saat di mana para pembeli ramai, justru menjelang subuh dan setelah subuh. Karena lebih mementingkan berjualan daun singkong, maka Pak Miskun sering tidak shalat Subuh.

Nah, dari dua orang tersebut, manakah yang zuhud ? ...Pak Miskun atau Ceu Nina ? ...” Setelah kita memahami makna zuhud yang benar, maka kita akan menjawab : Ceu Nina !!!...” Dari kisah tersebut, pedagang daun singkong tidak zuhud karena dirinya dijajah oleh duniawi sehingga meninggalkan perintah Allah SWT yakni shalat subuh. 

 Berbeda dengan Ceu Nina sang konglomerat pada contoh di atas, meskipun ia kaya raya tetapi tidak lalai oleh duniawi, dan selalu ingat akan perintah Allah SWT. Orang seperti inilah yang zuhud. 

Dengan demikian, ukuran zuhud dan bukan diukur dari banyak atau sedikitnya harta tetapi dari sejauh manakah hatinya terikat oleh duniawi.

Zuhud tidak sama dengan miskin. Orang yang zuhud bisa memiliki banyak harta bisa juga tidak. Perbedaan dari yang zuhud dan tidak bukan pada jumlah pemilikan harta tetapi diukur sampai sejauh manakah ia dikendalikan oleh harta atau tidak. Jadi ada orang miskin yang zuhud ada juga orang kaya yang zuhud.

Pengelolaan keuangan rumah tangga bila keluarganya memiliki akhlaq Zuhud akan senantiasa rezekinya cukup untuk memenuhi kebutuhan, mengenai kebutuhan jasmani ataupun rohani.

Orang yang zuhud, ia rajin bekerja dan rajin mencari nafkah karena hal tersebut diperintahkan oleh Allah SWT, bukan karena harta. Ia tidak sombong ketika banyak harta, dan tidak mengeluh atau rendah diri ketika kekurangan harta. Bagi orang yang zuhud, suasana hatinya tidak dipengaruhi oleh banyak atau sedikitnya harta yang dimilikinya. 

Orang yang zuhud akan mudah mengendalikan diri dalam belanja sehingga tidak boros. 

Orang yang zuhud akan dapat konsisten memilih belanja sesuai prioritas kebutuhan, karena memiliki hati yang merdeka, tidak mudah terkooptasi / terjajah oleh iklan atau gampang panas hati oleh orang lain yang membeli barang-barang tertentu. 

Orang yang zuhud akan mudah terhindari dari mencari harta yang haram, dan akan lebih mudah berbahagia dengan harta yang dimilikinya.


Hubungan akhlaq tawakal dengan pengelolaan keuangan rumah tangga

Mengelola harta keuangan dalam rumahtangga harus juga memiliki sifat tawakal . Karena dengan tawakal segala yang dicapai harta yang dimiliki akan disikapi positif.dan penuh dengan kewaspadaan dan usaha menjaga harta maksimal.

Usaha  bila berhasil dapat keuntungan dapat disyukuri dan tidak sombong.Usaha bila sepi tidak dapat keuntungan omzet turun atau rugi dapat bersabar dan tidak putus asa .

Beliau NarSum memaparkannya sebagai berikut .

 secara sederhana tawakal itu berserah diri kepada Allah, namun kesalahan sebagaimana yang dicontohkan dari kisah di atas, adalah tidak didahului oleh ikhtiar yang maksimal. Pada tulisan ini ada baiknya kita menyimak penjelasan Imam Ahmad, ahli hadits dan salah satu imam fikih terkenal, tentang pengertian tawakal :

Imam Ahmad pernah ditanya tentang seorang laki-laki yang hanya duduk di rumah atau masjid seraya berkata, 'Aku tidak mau bekerja sedikit pun, sampai rizkiku datang sendiri'. 

Maka beliau berkata, Ia adalah laki-laki yang tidak mengenal ilmu. Sungguh Nabi bersabda: 

"Sesungguhnya Allah telah menjadikan rizkiku melalui panahku." 

Dan beliau bersabda:

 "Sekiranya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, niscaya Allah memberimu rizki sebagaimana yang diberikan-Nya kepada burung-burung berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang."

Dalam hadits tersebut dikatakan, burung-burung itu berangkat pagi-pagi dan pulang sore hari dalam rangka mencari rizki. 

Selanjutnya Imam Ahmad berkata: "Para Sahabat berdagang dan bekerja dengan pohon kurmanya. Dan mereka itulah teladan kita".

 Dari uraian di atas, jelaslah bahwa berserah diri dilakukan setelah kita berikhtiar maksimal. Burung-burung dalam hadits itu mendapatkan rizki setelah beterbangan untuk mencari makan, bukan hanya sekedar duduk-duduk di dalam sarangnya. Untuk memahami lebih jauh makna tawakal perhatikan pula hadits berikut ini : 

"Seseorang berkata kepada Nabi , Aku lepaskan unta-ku dan (lalu) aku bertawakkal?' Nabi bersabda: 'Ikatlah kemudian bertawakkallah'." (HR Imam Ibnu Hibban dan Hakim)

Dari hadit itu disebutkan, ikatlah dahulu (ini menunjukkan ikhtiar), setelah diikat barulah kita berserah diri pada Allah SWT (tawakal).


Salah faham arti Tawakal

Suatu malam, kami bertiga akan shalat Isya di mesjid Salman ITB Bandung. Sebelum masuk terdapat tulisan ini :

Mohon sepatu / sandal Anda dititipkan, rawan pencurian

Kami celingukan, tidak ada penjaga sandal/sepatu karena sudah terlalu malam. Informasi yang kami dengar, pengumunan itu dibuat karena di mesjid ini sudah sering ada pencurian sandal atau sepatu.

Salah seorang teman kami dari Daarut Tauhiid Bandung berkata,”Kita tawakal saja.”

 Apa yang terjadi setelah ucapan itu ? ... Saya meletakkan sepatu di depan mesjid, sementara dua teman saya, termasuk yang mengucapkan kata tawakal tersebut, membawa sepatu itu ke dalam mesjid dan meletakkan di depan posisi shalat mereka.

Waduh ! Ternyata persepsi saya saat itu tentang tawakal masih salah. Pemahaman saya waktu itu,”Ya sudah. Sepatu simpan saja di luar, kita serahkan saja pada Allah SWT, mau dicuri atau tidak, gimana nanti saja.” Padahal ternyata arti tawakal bukan itu !

 Benar, secara sederhana tawakal itu berserah diri kepada Allah, namun kesalahan sebagaimana yang dicontohkan dari kisah di atas, adalah tidak didahului oleh ikhtiar yang maksimal. Pada tulisan ini ada baiknya kita menyimak penjelasan Imam Ahmad, ahli hadits dan salah satu imam fikih terkenal, tentang pengertian tawakal :


Imam Ahmad pernah ditanya tentang seorang laki-laki yang hanya duduk di rumah atau masjid seraya berkata, 'Aku tidak mau bekerja sedikit pun, sampai rizkiku datang sendiri'.

Maka beliau berkata, Ia adalah laki-laki yang tidak mengenal ilmu. Sungguh Nabi bersabda: 


"Sesungguhnya Allah telah menjadikan rizkiku melalui panahku." 


Dan beliau bersabda:

 "Sekiranya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, niscaya Allah memberimu rizki sebagaimana yang diberikan-Nya kepada burung-burung berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang."

Dalam hadits tersebut dikatakan, burung-burung itu berangkat pagi-pagi dan pulang sore hari dalam rangka mencari rizki. 

Selanjutnya Imam Ahmad berkata: "Para Sahabat berdagang dan bekerja dengan pohon kurmanya. Dan mereka itulah teladan kita".

 Dari uraian di atas, jelaslah bahwa berserah diri dilakukan setelah kita berikhtiar maksimal. Burung-burung dalam hadits itu mendapatkan rizki setelah beterbangan untuk mencari makan, bukan hanya sekedar duduk-duduk di dalam sarangnya. Untuk memahami lebih jauh makna tawakal perhatikan pula hadits berikut ini : 

"Seseorang berkata kepada Nabi , Aku lepaskan unta-ku dan (lalu) aku bertawakkal?' Nabi bersabda: 'Ikatlah kemudian bertawakkallah'." (HR Imam Ibnu Hibban dan Hakim)

Dari hadit itu disebutkan, ikatlah dahulu (ini menunjukkan ikhtiar), setelah diikat barulah kita berserah diri pada Allah SWT (tawakal).

Contoh lagi  penerapan makna tawakal yang benar. 

Dikisahkan ada seorang teman yang tengah mengikuti test masuk menjadi karyawan sebuah perusahaan besar multinasional. Pekerjaan itu menjadi impiannya selama ini, serta diharapkan menjadi jalan untuk membantu keluarganya yang tidak mampu. Tes yang dilakukan cukup panjang dan berat dan memakan beberapa hari. Alhamdulillah, ia terus lolos dari tahapan demi tahapan yang harus ia lalui. Setelah keseluruhan proses dilakukan, pada malam hari, di mana besok harinya merupakan pengumuman siapa yang lolos dan tidak, teman tersebut terlihat sangat tenang. Bahkan ia bisa tidur nyenyak sekali.  

NarSum bertanya,”Koq bisa tenang ya ?” Ia menjawab,”Kita diwajibkan untuk berikhtiar maksimal. Setelah sudah tidak ada lagi yang bisa kita lakukan, maka selanjutnya kita hanya bisa berdo’a kemudian berserah diri kepada Allah SWT.”

Ya. Itu adalah contoh sebuah sikap yang ber-tawakal. Ikhtiar maksimal, setelah tidak ada lagi ikhtiar yang mungkin bisa kita lakukan, maka kita berdo’a dan menyerahkan hasilnya pada Allah SWT. Dengan sikap itu, maka kita akan menjadi pribadi-pribadi yang tenang dan terhindar himpitan stress, karena yang menjadi fokus adalah pada hal-hal yang bisa kita lakukan bukan pada hal-hal di luar kemampuan kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengisi doa bersama jelang PSAJ

LOVE 1

Berkah jujur